Banyuwangi sesuai buat jadi arah berlibur pekan akhir kesempatan ini. Pantai biru, pasir putih serta gunung yang indah ialah obat sesudah lelah 1 minggu di perkotaan.
Banyuwangi, suatu kabupaten yang terdapat di ujung Pulau Jawa yang diketahui dengan Sunrise of Java. Kian jadi perhatian, ada begitu banyak wisata alam yang dihidangkan yang bisa membuat mata takjub, suatu pengalaman yang tidak saya lupakan.
Bermula dari saran rekan-rekan terkait keindahan Ijen serta pantai-pantai yang berada di Banyuwangi, saya mulai membuat ide buat bertandang ke satu diantara wisata tersohor di tanah air itu. Dengan bekal rekan saya yang tinggal disana serta impian buat liburan, saya pergi ke Banyuwangi lewat kereta api Probowangi dari Stasiun Waru ke arah Stasiun Kalistail. Ada beberapa stasiun di Banyuwangi yang dapat jadikan tempat penghentian, terkait wisata mana yang bakal disinggahi. Semisalnya, sahabat pengin ke Kawah Ijen, jadi langsung saja berhenti di Stasiun Karangasem. Sehubungan rekan saya tempat tinggalnya di Kalistail, jadi turunlah saya di stasiun itu.
Perjalanan dari Stasiun Waru, Sidoarjo ke arah Stasiun Kalistail, Banyuwangi memerlukan waktu kira-kira 7 jam. Nah, di kereta saya berjumpa dengan penduduk asli Banyuwangi. Eh, saya dikasih tahu jika saat ini pemerintah Kota Banyuwangi dalam rencana menambah sarana pariwisata sudah menghadirkan kemudahan gratis. Wah, nyesel sebenernya baru mengetahui perihal beginian walau sebenarnya kan cukup. Nah, buat kalian yang ingin berlibur ke Banyuwangi sesudah itu, ingat cek dahulu di situs Banyuwangi Tourism. Bakal terdapat beberapa pilihan buat kemudahan ke pelbagai wisata di Banyuwangi, yang penting dibooking lebih dahulu.
Saya datang di Stasiun Kalistail jam 12.00 WIB siang. Sehubungan siang itu terik, awalilah keroncongan perut saya. Sembari menanti rekan saya, saya makan di mie ayam depan stasiun. Nyata-nyatanya bukan hanya orangnya yang ramah-ramah, Banyuwangi menyuguhkan harga makanan yang ramah di kantong sahabat! Jadi, ingat buat cicipi makanan unik Banyuwangi seperti rujak soto serta nasi sambal tempong yaa, agar dimanja lidahmu dengan cita rasa unik Jawa.
Hari pertama serta ke dua
Lokasi yang pertama saya singgahi ialah Kawah Ijen yang tenar dengan keindahan kawah di atas awan serta Blue Fire-nya. Buat dapatkan peristiwa memandang Kawah Ijen serta sunrise luar biasa dari kota yang tuturnya Sunrise of Java, saya harus pergi larut malam. Jadilah saya bersama dengan rekan saya pergi dari Kota Banyuwangi ke arah Kawah Ijen pada jam 00.00, dengan memakai motor. Selama perjalanan, ada begitu banyak mobil yang ke arah Kawah ijen. Jadi, walau pergi malam-malam dengan kondisi dingin, susana tidaklah terlalu menegangkan gara-gara jalan raya yang cukup ramai. Jalan ke arah Kawah Ijen-pun udah mulus serta beraspal, akan tetapi ada sejumlah tanjakan turun naik.
Kian dekati pos pendakian, udara kian pekat serta dingin. Pos pendakian udah membuka waktu saya datang di loket pada jam 02.00 WIB pagi hari. Sebelum medaki, yakinkan udah miliki senter serta masker pribadi buat menahan keracunan belerang waktu dekati pucuk. Kami mulai mendaki pada jam 02.15 WIB.
Perjalanan ke arah pucuk ialah waw, naik selama kira-kira 2,5 jam. Ada sejumlah titik yang landai yang dipakai beberapa pendaki sekedar utk bernafas. Buat beberapa pendaki yang tidak kuat buat mendaki, dapat menyewa becak yang diangkut 2-3 penduduk lokal ke arah pucuk. Biaya yang digunakan kira-kira Rp 400 ribu buat penduduk lokal serta Rp 600-800 ribu buat penduduk asing. Kian ke arah pucuk, udara kian dipenuhi aroma belererang yang menusuk. Dapat diyakinkan, jika saya tidak memakai masker dengan filter pribadi, udah tidak sadarkan diri. Tetapi alhamdulillah, saya sampai ke pucuk, yeay! Bersukur bukan main lantaran tidak jadi tidak sadarkan diri, awalilah saya menyimpan photo di pucuk sembari menanti matahari keluar. Tetapi sayangnya, Blue Fire tidak keluar dalam hari itu disebabkan cuaca kata seseorang penduduk lokal. Di pucuk, sahabat dapat bawa oleh-oleh berbentuk kerajinan tangan dari belerang oleh penduduk lokal. Kami turun pada jam 08.00 WIB serta sampai di Kota Banyuwangi jam 12.00 WIB.
Hari Ke-tiga
Lokasi ke dua yang saya singgahi dalam hari ke-tiga saya di Banyuwangi ialah Taman Nasional Baluran. Terdapat di Kabupaten Situbondo yang berdekatan dengan Banyuwangi, perjalanan dari Kota Banyuwangi ke arah Taman Nasional Baluran memerlukan waktu kira-kira 1,5 jam dengan kendaraan roda 4. Tempatnya simpel dibuka, tetapi medan selama perjalanan masuk cukup merepotkan terlebih buat roda 2.
Mengusung objek pelestarian alam yang miliki ekosistem asli, Taman Nasional Baluran menyuguhkan paduan keindahan alam berbentuk rimba Evergreen, padang savana Bekol yang luas serta bagus sekali, serta wisata Pantai Bama yang lautnya berwarna biru cerah dan pasirnya yang putih. Benar-benar sayang buat ditinggalkan jikalau sahabat kedepannya bakal bertandang ke Banyuwangi. Berita baik buat kami, dalam hari itu langit cerah berwarna biru hingga membuat kami kian semangat buat merayapi Taman Nasional Baluran.
Sesudah kami merayapi Taman Nasional Baluran, kami berkunjung ke Waduk Bajulmati yang tempatnya tidak jauh dari Taman Nasional Baluran, serta sesudah itu kembali pada Kota Banyuwangi buat melihat festival Banyuwangi Ethno Carnival 2018 yang kebetulan masih berjalan.
Saya kembali pada Surabaya saat malam harinya lewat kereta Mutiara Timur. Bukan perihal simpel tentu buat meniti perjalanan 7 jam sesudah bekerja penuh sepanjang 3 hari.
Pengalaman merayapi Banyuwangi salah satu wisata terpilih yang sudah pernah saya peroleh. Hidangan pemandangan, festival budaya, kuliner yang memberikan hati lidah serta keramahan masyarakatnya benar-benar ialah paduan yang tepat buat kian menambah bagian pariwisata di Indonesia.